JAKARTA - Berhijrah, kata cendekiawan Muslim KH Prof Didin Hafidhuddin, berarti berpindah secara moral, mental, dan perilaku dari perbuatan buruk yang merusak tatanan kehidupan sosial pada perilaku yang baik. Mengubah perilaku dari materialistis dan hedonis serta menghalalkan segala cara menjadi taat pada aturan. Dan, mesti mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan Umum Badan Amil Zakat Nasional Baznas ini menegaskan, hanya ada satu cara untuk memperbaiki kondisi bangsa yang karut-marut saat ini. Menurutnya, cara tersebut adalah dengan berhijrah secara harus dilakukan secara masif dan bersama-sama oleh seluruh komponen masyarakat dan bangsa. Terutama bagi pimpinan dan pejabat yang mendapatkan amanah sebagai pejabat publik. "Tinggalkan perilaku korup dan khianat menjadi berperilaku jujur dan amanah," ujarnya. Apalagi, tahun ini dan tahun depan adalah tahun politik. Jangan sampai para pimpinan partai politik dan tokoh masyarakat terlibat politik machiavelis. Artinya, mereka yang berkecimpung dalam politik dan pemerintahan harus mampu memenuhi kebutuhan dan kepentingan seluruh masyarakat, bukan hanya kepentingan sesaat. Seperti, perilaku sebagian dari elite politik, baik dari eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. “Ini tak boleh terjadi terus-menerus,” katanya. Hijrah dalam konteks bernegara mesti dimulai dari ketiga lembaga negara itu. Caranya, kuatkan iman dan akhlak dan perkuat sinergi pengawasan, baik oleh ulama atau lembaga masyarakat lainnya. Didin mengatakan, saat ini perlu ada koreksi total pada konsep dan implementasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Setiap komponen masyarakat harus menyadari semua yang terjadi sekarang ini. "Jangan apatis dan masa bodoh dengan lingkungan sekitar kita," ujar mantan rektor Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, Jawa Barat setiap orang perlu melakukan hijrah aktif dan persuasif pada semua bidang kehidupan, tidak hanya aspek sosial. Dia mencontohkan, pada bidang ekonomi, semua harus hijrah dari sistem ribawi yang merusak dan eksploitatif, ke sistem syariah yang adil dan transparan serta Didin, perlu ada upaya penyadaran secara terus-menerus. Sehingga, hijrah sosial dapat dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan informal. Selain itu juga perlu ada pengawasan yang tegas dan keteladanan dari berbagai Universitas Islam Djuanda, Bogor, Dr Martin Roestamy, mengatakan tahun Hijriah kali ini dapat menjadi perenungan baik masyarakat pada umumnya maupun pemimpin negara. Tahun ini merupakan tahun politik yang perlu diperhatikan dari segala dimaknai sebuah perpindahan dari keadaan buruk menjadi keadaan yang lebih baik. Kepemimpinan dan perbuatan yang tidak Islami menjadi lebih Islami. “Renungkan apakah hidup kita sesuai Alquran dan sunah,” katanya. Ia menyebut, hijrah dapat dimulai dari hal yang sederhana. Sebagai contoh, dari makanan. Sudah seharusnya sebagai Muslim mengonsumsi makanan yang halal. Namun, justru saat ini banyak orang bahkan pemerintah terkesan tidak peduli akan hukum itu. Padahal, aturan itu tertuang jelas dalam Islam. "Regulasi halal terancam terhenti," tutur Martin, bermakna berubah dari yang tidak mematuhi perintah Allah SWT menjadi patuh dengan meninggalkan larangan-Nya. Selain itu, hijrah berarti harus menginstrospeksi diri. Mereka tidak hanya melakukan tadabur dengan negara, tetapi juga masyarakat, keluarga, diri sendiri, terutama Allah kata Martin, harus mampu berpindah dari ketamakan dan perasaan tidak pernah puas menjadi selalu bersyukur dan merasa cukup. Jangan meniru pejabat yang sudah tidak mampu berpikir. “Fisiknya renta, tapi nekat untuk memimpin kembali," juga harus mampu bersikap memberi teladan yang baik. Pemimpin harus mampu hidup dalam kesederhanaan dan tidak serakah seperti membentuk dinasti politik. Namun demikian, masyarakat seharusnya tidak menjadi apatis terhadap lingkungan sekitar dan hanya berdiam diri. Dampaknya, muncul pragmatisme dan cenderung meniru perilaku mengatakan, agar mampu menciptakan hijrah sosial, kesadaran moral perlu didorong. Masyarakat harus mampu berpikir positif terhadap apa yang dikerjakan dari mulai orang terdekatnya. Berbaik sangka diperlukan bagi setiap orang agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang harmonis. “Bangun emosi yang bagus secara berjamaah,” tolak umat Islam pada hijrah sosial adalah kembali iman pada Allah SWT. Menurutnya, tindakan buruk dan perilaku menyimpang yang jauh dari agama karena hilangnya kepercayaan manusia pada semestinya, keyakinan dan keimanan teguh kepada Sang Khaliq, akan menghilangkan rasa khawatir. Kiat sederhana menjaga keimanan, maka patuhilah perintah dan jauhi larangan. Dan, jalankan shalat lima waktu serta berorientasi pada tujuan akhirat. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
Perilakubudaya demokrasi harus terus dikembangkan dalam kehidupan demokrasi, baik dalam suprastruktur maupun infrastruktur. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sikap untuk lebih mengutamakan kepentingan orang lain / umum dari kepentingan peribadi yang sangat penting untuk di tumbuhkan. Kesadaran setiap waraga Negara
BerandaKita harus mengutamakan kepentingan bersama di ata...PertanyaanKita harus mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan...dan...PembahasanKita harus mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan Pribadi dan GolonganKita harus mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan Pribadi dan GolonganPerdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!1rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!©2023 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia 1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. (2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. (3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. (4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.Oleh T. Dewi Ilustrasi MANUSIA diciptakan Tuhan untuk hidup berpasang-pasangan. Dalam prosesnya manusia berkembang biak, meneruskan keturunan dan akhirnya membentuk masyarakat; dari masyarakat yang kecil sekeluarga sampai dengan yang besar senegara. Jadi, negara terbentuk dari kelompok masyakat yang terkecil, apabila dalam kelompok masyarakat kecil telah tercipta kedamaian, maka dalam lingkungan masyarakat yang lebih besar juga akan tumbuh kedamaian. Dari selingkungan sampai yang lebih luas. Oleh kerena itu, adalah tidak benar apabila ada manusia yang memisahkan diri dari kehidupan bemasyarakat. Banyak hal yang membuat manusia tidak dapat hidup bermasyarakat, akan tetapi apa pun itu sebabnya, sebaiknya setiap manusia sadar bahwa ia tidak dapat lepas dari kehidupan bermasyarakat. Setelah seseorang sadar bahwa hidup di dunia berada dalam masyarakat, maka agar hidup bermasyatakat itu berjalan dengan baik, ia pun harus sadar pada syarat membangun masyarakat yang baik. Syarat yang pertama adalah kesadaran bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Apa pun status sosialnya, status ekonominya, pendidikan, suku, bangsa dan kepercayaannya, semua manusia berasal dari Tuhan dan kepadanya kelak manusia kembali setelah selesai hidup di dunia. Kemudian untuk mencapai kedamaian dalam hidup bermasyarakat diikat dalam hidup persaudaran; saling menghormati dan menyayangi dalam ikatan persaudaraan. Kemudian hidup dalam pertemanan berdasarkan kasih sayang; saling menghormati, menghargai keberadaaan masing-masing kawan. Implementasinya dalam bermasyakat adalah saling memberi dan menerima dengan tulus, tanpa pamrih, saling memaafkan apabila ada pebedaan pendapat, karena tidak ada manusia yang sempurna. Kesempurnaan hanya ada pada Tuhan. Serta mau bergotong royong dalam menanggulangi satu masalah demi keselamatan dan kesejahteraan bersama. Tidaklah mudah untuk membangun hidup bermasyarakat dalam kasih sayang, persaudaraan, pertemanan dengan baik. Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk damai dalam bermasyarakat adalah setiap pribadi dapat mengendalikan diri dengan menekan “Ego”. Selama manusia selalu mempertahan “Ego”nya, yaitu ia merasa lebih berkuasa, lebih baik, lebih hebat dari yang lain, maka timbullah pertengkaran karena “Ego” yang tinggi tidak suka didahului, tidak mau mengalah, tidak mau berbagi, ingin selalu dipuji, ingin disanjung, ingin dinomor satukan, ingin selalu didengar perkataannya dan tidak mau mendengar orang lain. Oleh karena itu, sulitlah bagi manusia yang tidak dapat mengendalikan “Ego”nya untuk mencapai kedamaian. “Ego” yang tinggi hanya memiliki rasa iri, dengki, cemburu, dendam. Sebaliknya orang yang dapat mengendalikan diri dengan menekan “Ego”nya adalah orang yang rendah hati bukan berarti ia rendah diri, tetapi ia manusia yang tabah, sabar dan mau menerima pendapat orang yang lain dari pendapatnya sendiri, “entengan” mudah menolong tanpa pamrih apa pun, penuh perhatian kepada orang lain, penuh kasih, selalu mendahulukan kepentingan orang banyak daripada untuk dirinya sendiri. Ia tidak segan meminta maaf apabila bersalah dan mau menerima permintaan maaf orang lain yang bersalah kepadanya. Hatinya damai, karena semua perbuatannya hanya ditujukan atas dasar baktinya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena ia menyadari bahwa hanya Tuhanlah yang Mahaluhur, hanya Tuhanlah yang Mahakuasa, hanya Tuhanlah yang Mahaadil dan menguasai alam semesta dan seisinya dengan kebijaksanaan demi kesejahteraan dunia ini. Dengan demikian ia dapat bermasyarakat dengan baik, karena di mana pun ia berada ia selalu nyaman, masyarakat yang lain dapat menerimanya dengan baik pula. Alangkah indahnya apabila seluruh anggota masyarakat di Indonesia telah dapat memiliki hati yang damai, maka akan terbangunlah masyarakat yang damai dan sejahtera. Semoga.***
KeadilanSosial juga berarti kita tidak boleh mementingkan diri sendiri. Kita harus mengutamakan kepentingan umum dalam hidup bermasyarakat. Selain itu, aturan dan hukum yang berlaku di Indonesia juga harus adil. Siapa pun yang melanggar akan diberikan sanksi tanpa membedakan latar belakangnya.Jakarta - Wawasan nusantara adalah sebuah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam. Apa tujuan dan fungsi wawasan nusantara?Wawasan nusantara atau dikenal juga sebagai wawasan nasional dan wawasan kebangsaan juga dijelaskan sebagai cara pandang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan apa arti dasar, tujuan, asas, dan fungsi wawasan nusantara? Berikut ulasannya yang dikutip dari buku "Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education" oleh Dr. Baso Madiong, SH., MH., dan kawan-kawan" serta buku bahan ajar "Geopolitik Indonesia" oleh Dwi Sulisworo dan Wawasan NusantaraSecara etimologi kata wawasan nusantara berasal dari dua suku kata, wawasan dan nusantara. Wawasan berasal dari bahasa Jawa, yakni dari akar kata "wawas" yang berarti pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi. Setelah mendapat akhiran "an" menjadi wawasan maka berarti cara pandang, cara tinjau, atau cara begitu, wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya sebagai negara kepulauan dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, wawasan nusantara diartikan sebagai pandangan atau anggapan bahwa Nusantara adalah kepulauan yang merupakan satu kesatuan, termasuk semua laut dan menurut Dwi Sulisworo dan kawan-kawan dalam buku "Geopolitik Indonesia", menjelaskan wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia, yang diberi pengertian sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan Wawasan NusantaraTujuan wawasan nusantara adalah- Mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia- Mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Hal ini bukan berarti menghilangkan kepentingan kepentingan individu, kelompok, suku bangsa atau daerah. Kepentingan-kepentingan tersebut tetap dihormati, diakui, dan dipenuhi, selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat Meningkatkan rasa, paham, dan semangat kebangsaan nasionalisme dalam jiwa bangsa IndonesiaAsas Wawasan NusantaraAsas wawasan nusantara merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan, di antaranya1 Kepentingan bersama2 Keadilan3 Kejujuran4 Solidaritas5 Koordinasi/ kerjasama6 Kesetiaan terhadap ikrar bersamaFungsi Wawasan NusantaraWawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan arti wawasan nusantara beserta tujuan, asas, dan fungsinya. Selamat belajar detikers! Simak Video "Putri Ariani Dapat Beasiswa ke The Juilliard School" [GambasVideo 20detik] lus/lus